-->

Idul Adha 1436 H, Mengapa Di Kudus Tidak Ada Yang Menyembelih Hewan Kurban Sapi ?

Idul Adha 1436 H, Mengapa Di Kudus Tidak Ada Yang Menyembelih Hewan Kurban Sapi ?

Hari ini, umat Islam sedunia merayakan hari Raya Idul Adha atau yang sering disebut juga sebagai Hari Raya Kurban ( meskipun ada beberapa umat yang telah merayakan dan melaksanakan sholat Hari Raya Idul Adha sebelumnya ).
Dan sesuai dengan yang disyariatkan, setelah melaksanakan sholat sholat Idul Adha, umat Islam kemudian melakukan pemotongan hewan kurban. Sebagaimana yang dicontohkan nabi Ibrahim, AS ketika diperintah oleh Allah SWT. Nabi Ibrahim, AS kemudian memotong domba yang gemuk.

Untuk umat Islam Indonesia, penyembelihan hewan kurban yang umumnya adalah kambing. Kemudian sapi, dan di beberapa tempat, hewan kerbau.
Khusus untuk kota Kudus dan sekitarnya, pemilihan hewan yang disembelih untuk kurban bisa dibilang lain dari pada lain.
Yang pertama adalah kambing, yang merupakan binatang kurban yang paling umum dan lazim. Setelah itu kerbau.
Namun tidak ada seekor sapi yang dapat ditemukan untuk dijadikan binatang kurban di kota Kudus.
Beberapa orang yang kebetulan berasal dari luar kota – yang nota bene kurang memahami adat budaya kudus – setengah tidak percaya dengan kebiasaan masyarakat Kudus ini.
“Mosok..? di kota Kudus tidak ada yang menyembelih sapi ?”
Hingga harus dijawab berkali-kali untuk meyakinkannya.

Sampai akhirnya mereka bertanya : Mengapa di Kota Kudus tidak ada yang menyembelih hewan kurban sapi ? Bukankah di kota-kota lainnya ada juga yang menyembelih hewan sapi ?

Dan bukankah sapi tidak termasuk dalam salah satu hewan yang diharamkan agama Islam ?


Benar hewan sapi memang bukan salah satu hewan yang diharamkan dalam Islam.
Dan umat Islam di Kudus juga tidak mengharamkan sapi.

Kebiasaan umat Islam di Kudus yang tidak pernah ( kata tidak pernah bukan berarti mengharamkan ) menyembelih sapi, tidak bisa lepas dari hasil pengajaran Sunan Kudus, yang merupakan pendiri dari kota Kudus.

Umat Islam di kota Kudus tidak pernah menyembelih sapi karena mentaati pengajaran Sunan Kudus. Dan Sunan Kudus melarang umat Islam (yang menjadi muridnya waktu itu) untuk tidak menyembelih sapi sebagai bentuk toleransi dan penghormatan yang tinggi kepada umat Hindu.


Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, setelah Ja’far Sodiq ( yang kemudian dikenal sebagai Sunan Kudus ) menimba ilmu dan sempat tinggal beberapa lama di Palestina, beliau kemudian “pulang” menuju sebuah daerah kecil di sebelah barat Kali Gelis, yang waktu itu bernama Tajug.Dan mulai berdakwah di kota ini.
Wilayah Tajug waktu itu dihuni oleh masyarakat yang mayoritas beragama Hindu.
Bahkan nama Tajug sendiri berasal dari begitu banyaknya bangunan yang berbentuk Tajug yang digunakan untuk peribadatan dan dikeramatkan oleh umat Hindu di wilayah ini.

Untuk mengetahui asal mula dan sejarah kota Kudus lebih lengkap, dapat dilihat di tautan di bawah ini :

Sebagai seorang ulama yang tidak hanya tinggi ilmunya dan “waskitho”, Sunan Kudus juga sangat arif. Beliau berpendirian bahwa sebagai “rahmatan lil alamin”, agama Islam bisa disebarkan dengan bijaksana, toleran tanpa harus menyinggung pihak-pihak lainnya, yang dalam hal ini adalah umat Hindu yang merupakan mayoritas waktu itu.
Karena itu Sunan Kudus menggunakan cara-cara yang halus dalam berdakwah.

Beliau mengajarkan dan mengarahkan agar umat mampu berfikir, memilih dan memilah dengan sendirinya untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah.
Yang diantaranya, bahkan Sunan Kudus “ tetap membiarkan bangunan menara Kudus ( bangunan menara Kudus aslinya merupakan bangunan umat Hindu ) tetap berdiri ) berdiri kokoh meskipun menara ini masuk dala wilayah pembangunan masjidnya, Masjid Al Aqsa.
Bahkan menjadikan Menara ini sebagai bagian dari bangunan masjidnya, sehingga di kemudian hari Masjid Al Aqsa ini lebih terkenal sebagai Masjid Menara Kudus.
Sunan Kudus juga menggunakan bangunan berbentuk Tajug – sebagaimana bangunan yang dikeramatkan oleh umat Hindu – pada beberapa bagian bangunan masjidnya.
Sunan Kudus juga “melarang” umatnya waktu itu untuk menyembelih sapi. Sebab sapi merupakan hewan suci yang dikeramatkan oleh umat Hindu.

Atas cara dakwah Sunan Kudus yang sangat bijak ini, beliau dengan segera dapat mengambil hati sebagian besar masyarakat kota Tajug.
Dan dalam waktu tidak lama ada begitu banyak umat Hindu yang kemudian memeluk agama Islam dengan sukarela dan sukahati.
Hingga saat ini, pengajaran Sunan Kudus di atas masih tetap ada dan masih tetap dihormati.
Masjid menara Kudus tetap berdiri kokoh hingga saat ini.
Dan hingga saat ini masyarakat Kudus tetap taat untuk tidak menyembelih sapi.
Sebagai bentuk indah dari sebuah toleransi.

Karena itu pula, soto sebagai salah makanan khas Kudus tidak ada yang terbuat dari sapi, melainkan dari kerbau, sehingga dikenal juga sebagai soto kerbau Kudus.


Lihat juga :

Share this:

Menarik Untuk Dilihat :
Disqus Comments