Jika di blantika film Hollywood ada “The Last Samurai”, kemudian di ajang perfileman Nasional ada “Serigala Terakhir”, sedangkan untuk umat muslim ada Haji wada’, haji perpisahan (yang terakhir) maka di Gang Lima Tukang ada Tukang Sayang Terakhir.
Dalam film The Last Samurai yang dibintangi dengan apik, romantis-mengiris oleh Tom Cruise ini mengisahkan tentang akhir tragis dari jaman keemasan dan kependekaran para Samurai.
Yang biasanya lebih memilih dan bangga untuk mati bersimbah darah sesuai “jalan Samurai” yang ditempuhnya, namun kali ini “mati konyol bersimbah peluru” oleh orang-orang yang selama ini justru dibelanya dengan mengatas nakaman modernisasi Restorasi Meiji.
Dalam Serigala Terakhir, mengisahkan harus berakhirnya, kenakalan, kenekatan bocah nakal “serigala” kampung yang digilas kerasnya kehidupan ibukota.
Dalam haji Wada’ itu berarti waktu yang terakhir bagi haji untuk segera mninggalkan tanah suci Mekah, dan setelah itu tidak bertemu lagi ( dalam waktu yang cukup lama ).
Dalam Tukang Sayang Terakhir dikisahkan betapa alot dan kerasnya sebuah pilihan harus diambil oleh seorang tukang demi mempertahankan dapur ngebul dan urusan perut ditengah ketatnya persaingan kerja dan jaman.
Jika The Last Samurai di Jepang, dan Serigala Terakhir di ibukota, maka Tukang Sayang Terakhir di Gang Lima Tukang.
Namun jangan salah sebelumnya, Gang Lima Tukang disini bukanlah Gang Llima Tukang di Negara yang terkenal dengan patung Singa Air Mancur-nya, Singapura ( jangan salah juga dengan Singaparna ).
Gang Lima Tukang disini adalah di Indonesia, Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kudus, Kelurahan Wergu Wetan, Gang Lima Tukang.
Sebelum dilanjut kisahnya, dibuka dulu kamusnya ya, terutama bagi yang belum mudeng, belum tahu.
( Buka kamus )
1. Tukang Sayang adalah tukang yang membuat barang perkakas rumah tangga yang terbuat dari bahan seng, blek dan atau aluminium, utamanya untuk keperluan dapur seperti dandang, baskom, ember secara tradisional atau manual.
Bahan dasar di atas diukur, dipotong lalu ditempa dengan berbagai jenis palu sedikit demi sedikit sehingga membentuk perkakas dapur yang dikehendaki.
( Bayangkan sendiri betapa lamanya dan betapa ramai suaranya. Saban hari, dang-deng, dang-deng irama tempaan-nya ).
2. Gang Lima Tukang adalah sebuah gang kecil selebar tidak lebih dari ukuran mobil keluarga menengah ( Kijang, Sedan, Xenia ) sekitar 3,5 meter, panjang gang tidak lebih dari 200 meter membujur dari utara ke selatan, terletak di kelurahan Wergu Wetan bagian timur, tepatnya sekitar 300 meter arah barat GOR Wergu Wetan pada arah utara, gang kedua sebelah jembatan kecil.
Dulu, jalan gang Lima Tukang ini terbuat dari tanah, saat ini telah dibuat dari beton cor, dengan selokan air kecil ukuran 30 cm di kanan kirinya.
Gang Lima Tukang ini asli Indonesia, bukan wilayah Singapura.
( Tutup Kamus ).
Gang Lima Tukang ini sedemikian sempit dan pendeknya hingga jika dihitung-hitung jumlah rumah yang ada di kanan kiri gang tidak lebih dari 20 bangunan rumah. Namun di belakangnya, bejubel.
Namun begitu, dulunya di gang ini dikenal sebagai “rajanya” wiraswasta sebagai tukang.
Gang ini dinamakan sebagai Gang Lima Tukang, sebab meski gang ini sempit, bejubel dan pendek, dulunya di gang ini hidup, bermukim dan bekerja berbagai macam tukang.
Yang ditotal-total secara mayoritas memang ada 5 macam tukang.
Yaitu ; tukang sayang seperti judul di atas, tukang jahit, tukang batu, tukang kayu, dan tukang cukur.
Yang kesemuanya dikerjakan secara tradisional.
Namun dengan perkembangan jaman, kelima tukang tersebut ludes, habis tanpa penerus karena kaum mudanya males bekerja sebagai wiraswasta.
Lebih memilih “bekerja kantoran” atau sebagai buruh pabrik.
Yang tertinggal hanyalah tukang sayang. Yang saat ini dilakoni hanya oleh 2 keluarga yang masih bersaudara.
Meski tidak seramai dan semeriah dulu, saat ini masih terdengar “musik” dang-deng, dang-deng yang dihasilkan dari suara tempaan plat Aluminium yang dibentuk secara manual dengan palu dan tangan.
Itupun, hanya kadang-kadang.
Ketika mendapat pesanan ataupun mendekati hari-hari besar. Sebab perkakas dapur yang semula dibuat hanya dengan tangan, saat ini semuanya sudah bisa dibuat secara otomatis dan cepat di pabrik-pabrik, yang dijual di super market-supermarket, dan dibeli oleh orang yang berduit-duit.
Sedangkan tuntutan kebutuhan hidup dan perut tidak mau diajak dan diatur secara patut.
Maka kini 2 orang tukang sayang yang tersisa pun mulai meredup pamornya.
Bagaikan kerakap. Hidup segan, matipun tak mau. Bagai Dono Kasino Indro, Maju kena mundurpun kena.
Dan bisa jadi, yang 2 ini menjadi Tukang Sayang Terakhir Di Gang Lima Tukang.
Seperti The Last Samurai atau Serigala Terakhir.
Namun semoga saja itu tidak menjadi “tukang sayang Wada’ “ tukang sayang perpisahan karena benar-benar akan berakhir.
Tancep Kayon.
Lihat juga :