-->

Potret Sejarah Pasar Wergu Ehh…Stasiun Wergu Kudus Dari Masa Ke Masa

Potret Sejarah Pasar Wergu Ehh…Stasiun Wergu Kudus Dari Masa Ke Masa

Anda pasti pernah pergi ke Pasar Wergu, kan ?
Atau setidaknya, melewatinya.
Atau juga anda kebetulan seorang dari luar kota yang baru melihat Pasar Wergu ini.

Dan pernahkah anda “rasan-rasan”, membatin dalam hati, “pasar kok bentuknya aneh kayak gitu …”.
Bentuknya “lucu” memanjang tanpa dinding penutup samping, lebarnya yang hanya “segitu”, dengan atap yang bertingkat, rapat dari kaca yang bolong-bolong seperti terkena tembakan peluru.
Dan meski tampak kokoh dengan tiang baja yang besar-besar, tetap saja tidak mirip dengan sebuah bangunan pasar.
Lebih mirip dengan bangunan kuno peninggalan Belanda tampaknya.

Pantas dan harap maklum, bangunan tersebut, pasar Wergu atau sering disebut juga sebagai pasar Johar Kudus, aslinya memang bukan merupakan bangunan pasar, melainkan sebuah bangunan stasiun kereta api. Bahkan stasiun kereta api yang terbesar di kota Kudus saat itu.
Dan bangunan tersebut memang bangunan peninggalan Belanda, asli.

Jika menelusur asal mula dan sejarah Pasar Wergu, ehhh..stasiun Wergu ini sendiri dibangun pada tahun 1883. Dan itu artinya bangunan kuno bersejarah ini telah berusia 132 tahun.

Jauh lebih tua dari anda, Bahkan jauh lebuh tua dari bapak dan kakek anda.

Pada saat penjahahan Belanda ( Hindia Belanda ) stasiun ini menjadi property dari Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij.
Pada masa jayanya, stasiun Wergu ini melayani lalu lintas kereta api, jalur kereta api Demak – Kudus dengan stasiun kereta api Tanggul Angin sebagai stasiun sebelumnya , lalu jalur Kudus – Pecangaan ( Mayong ) dengan Stasiun Bakalan ( Krapyak ) sebagai stasiun berikutnya, ini terjadi pada tahun 1895.
Kemudian pada jalur Kudus - Juana dengan stasiun Pasar Kliwon / Rendeng sesudahnya. Dan pada tanggal 1 Mei 1900, jalur timur ini sampai ke Rembang dan Lasem.
Saat itu selain mengangkut penumpang, jalur-jalur yang melalui stasiun Wergu ini juga melayani pengangkutan berbagai macam hasil bumi, ternak, garam sampai balok kayu Jati.

Sehingga waktu itu terdapat sebuah bangunan khusus yang digunakan untuk menyimpan garam, dinamakan “Gudang Uyah” ( Bahasa Indonesia : Gudang Garam ) yang terletak kurang lebih 200 meter, di sebelah utara bangunan stasiun.
Saat ini bangunan Gudang Uyah ini disewakan untuk difungsikan sebagai lapangan Futsal, setelah sebelumnya disewakan untuk digunakan sebagai gedung bioskop, Bioskop CITRA.

Dan disebelah utara bangunan Gudang Uyah di seberang jalan ( sebelah utara perempatan bangunan miniature Menara saat ini ) dulunya terdapat sebuah lahan terbuka, “oro-oro” yang disebut sebagai “Balokan”. Sebab tempat terbuka ini memang digunakan untuk menimbun gelondonan balok jati yang diangkut kereta api.
Lahan Balokan saat ini telah digunakan sebagai area pemukiman.

Pada saat terjadi perang Kemerdekaan 1945, stasiun Wergu menjadi saksi bisu betapa dahsyatnya peperangan yang terjadi antara pejuang Indonesia dengan penjajah waktu itu.

Karena itulah hingga saat ini masih terlihat jelas, lubang-lubang bekas tembakan peluru pada kaca bagian atas bangunan stasiun Wergu ini.

Setelah penjajah Belanda hengkang, stasiun Wergu ini dikelola oleh PT. KAI ( saat itu PJKA ) dan masuk ke dalam Operator Daerah Operasi ( DAOP ) IV Semarang.
Ketika penumpang kereta api menyusut tajam, yang terjadi kurang lebih pada tahun 1980-an, stasiun Wergu ini menjadi vakum. Hingga akhirnya ditutup pada tahun 1986.
Lalu mangkrak, dan malah menjadi “sarang” para tunawisma dan wanita tuna susila.
Karena meski sudah tidak aktif, masih ada begitu banyak gerbong penumpang yang ditinggal di wilayah stasiun, terutama di bagian selatan.
Sehingga waktu itu jika disebut nama “stasiun” maka konotasinya pasti negatif.

Dengan berjalannya waktu, pada sekitar tahun 1990-an stasiun Wergu ini kemudian disewa dan “disulap” oleh PEMKAB Kudus menjadi pasar.
Sebagai pengganti bangunan pasar Johar yang “digusur”.
Pasar Johar ( Kudus ) sendiri waktu itu memang terletak tidak jauh dari Stasiun Wergu ini, persis di sebelah utaranya. Yaitu di perempatan Johar atau perempatan gang IV saat ini.
Saat ini bekas lokasi pasar Johar telah disulap juga menjadi salah satu ruang terbuka, taman kota di Kudus.

Karena itulah meski Stasiun Wergu ini telah berubah fungsi menjadi pasar tradisional masih terlihat bekas-bekas “kejayaan” stasiun ini di masa lalu.
Emplasemen dan peron stasiun kini penuh dengan lapak-lapak pedagang.
Kantor kepala stasiun kini digunkan sebagai kantor pengelola pasar.
Ornamen bangunan pun masih tampak utuh.
Bahkan Plang nama stasiun, serta nomor jalur kereta masih tergantung hingga kini.
Hanya bagian wesel yang terlihat sudah berkarat.
Dan juga, beberapa bagian Rel kereta api masih terlihat di sebagian emplasen stasiun, meski sebagian besar telah terkubur oleh bangunan-bangunan baru.

Kira-kira seperti di bawah ini, rekaman kamera stasiun Wergu Kudus dari masa ke masa :

● Pasar Johar atau Pasar Wergu atau Stasiun Wergu Saat ini




● Pasar Wergu ehh…Stasiun Wergu di masa lalu




Lihat juga :

Share this:

Menarik Untuk Dilihat :
Disqus Comments