-->

Hari Jadi Kota Kudus Dan Kirab Budaya Pada Peringatan Hari Jadi Kota Kudus

Hari Jadi Kota Kudus Dan Kirab Budaya Pada Peringatan Hari Jadi Kota Kudus

● Hari Jadi Kota Kudus Yang Ke 466

Pada bulan September 2015 ini, kota Kudus akan punya gawe.
Tepatnya pada 23 September 2015, kota Kudus akan memperingati hari jadinya yang ke 466.
Sebab berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) No. 11 tahun 1990 tentang Hari Jadi Kudus yang di terbitkan pada tanggal 6 Juli 1990, yaitu ketika Bupati kota Kudus masih dijabat oleh Kolonel Soedarsono, Hari Jadi Kota Kudus di tetapkan pada tanggal 23 September 1549 M.

Penetapan hari jadi kota Kudus pada tanggal tersebut mengacu kepada saat dimana Sunan Kudus mulai mendirikan Masjid Al Aqsa yang kemudian lebih dikenal sebagai Masjid Menara Kudus.
Sebab setelah Sunan Kudus bermukim dan mendirikan Masjid Menara Kudus, wilayah yang terletak di sebelah barat Sungai Gelis yang semula bernama Tajug kemudian berubah menjadi Al Quds, mengacu kepada sebuah tempat di Al Quds -Yerusalem, tempat dimana Sunan Kudus pernah menimba ilmu agama.
Namun karena lidah orang Jawa kata Al Quds kemudian diucapkan sebagai Kudus.
Dan pada sebuah inskripsi yang terdapat pada Mihrab di Masjid Al-Aqsa Kudus, dapat diketahui bahwa bangunan masjid menara tersebut didirikan oleh Sunan Kudus pada tahun 956 H atau 1549 M. Tanggal itulah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari jadi Kota Kudus dan hingga saat ini.
Lihat juga :

● Filosofi Kirab Budaya Pada Peringatan Hari Jadi Kota Kudus

Sebagaimana perayaan pada peringatan Hari jadi Kota Kudus sebelumnya, biasanya dirayakan dengan melakukan parade, upacara, tasyakuran serta beberapa kegiatan di lingkungan Masjid Menara Kudus yang kemudian dilanjutkan dengan ritual keagamaan seperti doa bersama dan tahlil. Pemerintah Kabupaten ( PEMKAB ) Kudus biasanya juga akan menggelar “Kirab Budaya”.


Seperti halnya pada peringatan hari jadi kota Kudus ke 465 pada tahun lalu, Acara kirab budaya ini terkadang memang digelar secara berbeda.
Namun filosofi dan konsep dasar dari Kirab Budaya yang digelar oleh PEMKAB Kudus, adalah untuk menceritakan dan menggambarkan perjalanan sejarah kota Kudus.
Mulai dari kebudayaan Hindu, kemudian pada masuknya agama Islam di Kudus sampai periode pemerintahan kadipaten yang dipimpin oleh seorang Adipati.

Dengan melakukan Kirab Budaya diharapkan agar warga dan masyarakat kota Kudus lebih mengetahui dan memahami asal-usul dan sejarah terbentuk dan berdirinya kota Kudus, sehingga dapat menjadi suatu sarana untuk memperkuat ciri khas dan jati diri dari masyarakat Kudus itu sendiri melalui budaya yang memang penuh dengan perpaduan dan akulturasi.

Acara kirab budaya Kudus biasanya dimulai dari perempatan Menara Kudus menuju pendopo Kabupaten Kudus.



Iring-iringan kirab menggambarkan perkembangan kota Kudus, mulai dari jaman Hindu sampai masuknya budaya Islam, dengan memperlihatkan visualisasi kebudayaan Kudus tempo dulu hingga sekarang.
Iring-iringan di bagian depan adalah 3 ( tiga ) pusaka agung yang merupakan "wasiat" Sunan Kudus kepada penguasa kadipaten Kudus berupa cemeti, keris dan tombak yang dikawal oleh pasukan tombak berjumlah 40 orang. Iring-iringan ini menggambarkan perjuangan Sunan Kudus saat mempertahankan kota Kudus masa itu.
Tepat di belakangnya, terdapat gunungan nasi tumpeng. Nasi tumpeng memiliki filosofi ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Kemudian disusuli dengan iring-iringan berbagai macam hasil bumi, jenang dan berbagai macam hasil industri, yang disebut sebagai “Wohwohan Hasileng Karangkitri”.
Iring-iringan kemudian diakhiri oleh pasukan Rontek.

Dalam acara kirab Budaya kota Kudus biasanya juga melibatkan seluruh lapisan masyarakat kudus. Mulai dari jajaran SKPD hingga siswa-siswa perwakilan dari berbagai sekolahan yang ada di kota Kudus.

Simak juga yang lebih menarik ini :

Share this:

Menarik Untuk Dilihat :
Disqus Comments